Tanggapan mantan presiden AS itu muncul meskipun tim kampanye Harris menantangnya untuk mengadakan debat lagi setelah penampilannya yang kuat.
Debat presiden minggu ini antara mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Wakil Presiden Kamala Harris adalah salah satu acara yang paling banyak ditonton di musim pemilu: Siarannya menarik lebih dari 67 juta pemirsa.
Namun pada hari Kamis, Trump menepis kemungkinan adanya perdebatan lagi, dengan memposting di platform Truth Social: “TIDAK AKAN ADA DEBAT KETIGA!”
Trump sebelumnya pernah berhadapan dengan Presiden Joe Biden pada tanggal 27 Juni, tetapi kekhawatiran muncul mengenai usia pria berusia 81 tahun itu setelah kinerja petahana Demokrat itu yang buruk. Kurang dari sebulan kemudian, Biden keluar dari persaingan dan segera digantikan oleh Harris.
Debat kedua telah direncanakan pada tanggal 10 September, dan meskipun dinamika persaingan berubah, Harris dan Trump sepakat untuk melanjutkan acara yang dijadwalkan, yang berlangsung di Philadelphia, Pennsylvania.
Namun setelah debat, para pakar pada umumnya memberi keunggulan kepada Harris, dengan membandingkan penampilannya yang lebih matang dengan penampilan Trump yang tidak jelas.
“Di bawah sorotan lampu, rakyat Amerika dapat melihat pilihan yang akan mereka hadapi musim gugur ini di kotak suara: antara maju bersama Kamala Harris atau mundur bersama Trump,” kata Jen O'Malley Dillon, kepala kampanye Harris, saat itu.
Kubu Harris segera menantang Trump untuk debat lanjutan, dengan tujuan membangun momentum. Namun, Trump menolak kemungkinan tersebut dalam posting Truth Social hari Kamis. Ia juga berusaha membingkai ulang akibat debat tersebut agar menguntungkannya.
“Ketika seorang petinju kalah dalam pertarungan, kata-kata pertama yang keluar dari mulutnya adalah, 'SAYA INGIN PERTANDINGAN ULANG,'” tulisnya.
Trump mengutarakan sentimen serupa beberapa menit setelah debat itu sendiri. Berbicara kepada wartawan, kandidat dari Partai Republik itu berpendapat tantangan itu hanya muncul karena Harris “kalah”.
Namun sebaliknya, komentator politik dari kedua partai secara umum sepakat bahwa Harris tampil lebih kuat dalam debat tersebut daripada Trump.
Ini adalah pertama kalinya Harris dan Trump bertemu langsung, dan politisi Demokrat itu berhasil memancing rivalnya yang makin kesal sambil menimbulkan beberapa momen tawa tertahan dan kritik tajam yang siap disaksikan dalam klip.
Itu terjadi meskipun kedua kandidat menghindari pertanyaan langsung tentang beberapa isu kebijakan utama.
Jajak pendapat menunjukkan bahwa pemilih AS juga merasa Harris unggul dalam debat tersebut. Pada hari Kamis, survei dari kantor berita Reuters dan firma riset pasar Ipsos menemukan bahwa 53 persen pemilih yang setidaknya mengetahui sedikit tentang debat tersebut merasa Harris menang. Hanya 24 persen yang mengatakan hal yang sama tentang Trump.
Jajak pendapat kilat CNN yang dirilis tak lama setelah debat juga menunjukkan mayoritas pemirsa merasa Harris mengungguli Trump, dan jajak pendapat YouGov menunjukkan 54 persen responden mengatakan Harris menang dibandingkan dengan 31 persen untuk Trump.
Namun, masih belum jelas seberapa penting debat tersebut bagi pemilihan umum 5 November atau apakah hasilnya akan menarik minat pemilih yang belum menentukan pilihan di negara-negara bagian yang menjadi medan pertempuran utama. Jajak pendapat menunjukkan persaingan masih ketat.
Jajak pendapat Reuters/Ipsos juga menemukan bahwa mayoritas pemilih terdaftar yang disurvei merasa puas dengan hanya satu debat Harris-Trump.
Sebanyak 54 persen responden merasa satu kali debat sudah cukup. Sementara itu, 46 persen responden mengatakan ingin debat kedua.