Setelah ratifikasi pemilu bulan Oktober yang diperebutkan pada hari Senin, gelombang protes baru sedang berlangsung.
Sedikitnya 21 orang tewas dalam kerusuhan sejak pengadilan tinggi Mozambik mengukuhkan kemenangan partai berkuasa Frelimo dalam pemilu yang disengketakan, kata menteri dalam negeri.
Korban tewas termasuk setidaknya dua petugas polisi, kata Menteri Dalam Negeri Pascoal Ronda pada konferensi pers pada hari Selasa.
Sebanyak “236 tindakan kekerasan serius dilaporkan” sejak Senin di negara Afrika berbahasa Portugis tersebut, yang menyebabkan sedikitnya 25 orang terluka, termasuk 13 petugas polisi, katanya.
Protes dimulai setelah Frelimo dikukuhkan sebagai pemenang oleh Dewan Konstitusi. Para pengunjuk rasa dan kelompok oposisi mengatakan pemilu tanggal 9 Oktober itu dicurangi.
Tujuh puluh delapan orang telah ditangkap sejauh ini dan langkah-langkah keamanan telah diperketat di seluruh negeri, kata Ronda kepada stasiun televisi publik TVM. “Angkatan bersenjata akan meningkatkan kehadirannya di titik-titik kritis dan penting,” katanya.
Frelimo telah berulang kali dituduh oleh lawannya dan pemantau pemilu melakukan kecurangan. Mereka membantah tuduhan tersebut.
Segera setelah pengadilan tinggi mengumumkan Daniel Chapo dari partai berkuasa memenangkan pemilihan presiden, para pendukung kandidat oposisi, Venancio Mondlane, mulai melakukan protes pada Senin malam.
Para pengunjuk rasa dituduh menyerang dan merusak kantor polisi, pompa bensin, bank dan fasilitas umum lainnya.
Melaporkan dari Maputo, Haru Mutasa dari Al Jazeera mengatakan para pengunjuk rasa membakar ban dan memblokir jalan.
“Ini adalah cara mereka menutup Mozambik,” katanya. “Orang-orang mengatakan mereka bosan dengan korupsi dan pengangguran selama bertahun-tahun.”
Mutasa mengatakan, ada beberapa pemuda yang meminta uang kepada pengendara untuk melewati beberapa tempat. “Meskipun protes ini mungkin dimulai karena hasil pemilu, tampaknya ada beberapa elemen yang mencoba menyusup ke dalamnya,” katanya.
Mozambik dilanda protes keras sejak akhir Oktober ketika otoritas pemilu menyatakan Chapo, 47 tahun, sebagai pemenang pemilu presiden.
Lebih dari 130 orang telah terbunuh sejak 21 Oktober, menurut kelompok hak asasi manusia dan masyarakat sipil yang juga menuduh pasukan keamanan Mozambik menggunakan kekerasan berlebihan untuk meredam protes.
Setelah pengumuman Dewan Konstitusi pada hari Senin, Mondlane meminta para pendukungnya di media sosial untuk bersiap menghadapi “hari-hari sulit yang akan datang”.
“Sejarah terbuat dari momen-momen yang penuh duri dan berbatu-batu, namun kenyataannya kemenangan dijamin bagi kita semua,” tulis Mondlane di Facebook.