Pelapor khusus PBB di Afghanistan mendesak 'pendirian kuat' dari FIFA untuk wanita bangsa untuk kembali ke sepak bola internasional.
Tim sepak bola wanita nasional Afghanistan telah menerima dukungan dari pelapor khusus PBB karena mereka mendesak atlet di seluruh dunia untuk berdiri dalam solidaritas saat mereka bertarung dengan pengecualian dari kompetisi kualifikasi Piala Dunia sejak pengambilalihan Taliban pada tahun 2021.
Banyak pemain dari tim melarikan diri dari negara pada saat itu karena mereka takut akan penganiayaan.
Tim wanita sejak itu tidak dapat bersaing secara internasional karena aturan FIFA memerlukan pengakuan oleh federasi nasional, dan federasi sepak bola Afghanistan yang dikendalikan Taliban melarang wanita bermain.
Taliban mengatakan bahwa mereka menghormati hak -hak perempuan sesuai dengan interpretasinya terhadap hukum Islam dan adat istiadat lokal dan bahwa masalah internal harus ditangani secara lokal.
Pada briefing berita yang diselenggarakan oleh Aliansi Olahraga & Hak pada hari Selasa, kapten tim nasional Afghanistan Mursal Sadat menyoroti pentingnya persatuan global dalam perjuangan untuk kesetaraan gender dalam olahraga.
“Jika ada satu hal yang akan saya minta dari para atlet di seluruh dunia, sudah saatnya kita bersatu bersama. Dan inilah saatnya wanita mendukung wanita lain,” katanya.
“Itu akan memberi kita banyak inspirasi dan dukungan karena kalian memiliki suara untuk digunakan dan platform itu ada di sana untuk digunakan.”
Sadat menambahkan bahwa bahkan video pendek yang diposting oleh atlet di media sosial akan menjadi tanda solidaritas terhadap kekerasan berbasis gender yang terjadi di Afghanistan.
Richard Bennett, pelapor khusus PBB di Afghanistan, mengatakan pada hari Rabu bahwa ia berdiri dengan pemain sepak bola wanita Afghanistan dalam panggilan mereka untuk FIFA untuk mengambil tindakan.
“Saya mendukung panggilan oleh Aliansi Olahraga & Hak untuk FIFA untuk mengambil sikap yang kuat terhadap penindasan gender yang sistematis dan memastikan bahwa para pesepakbola wanita Afghanistan di pengasingan, yang dilarang bermain di Afghanistan, dapat kembali ke kompetisi internasional,” tulis Bennett di X.
Pendiri tim nasional dan mantan kapten Khalida Popal mengatakan para pemain tidak bertarung melawan badan pemerintahan sepak bola global tetapi lebih mencari kolaborasi.
“Platform kami adalah olahraga – bersama dengan semua orang, dengan media, dengan individu, dengan organisasi dan dengan badan pemerintahan dan termasuk FIFA karena kami tidak berjuang melawan FIFA atau organisasi lain,” kata Popal.
“Kami ingin bekerja sama untuk menemukan solusi terbaik karena menggunakan Afghanistan sebagai contoh untuk memastikan negara -negara lain, negara -negara lain tidak menghadapi apa yang telah kami hadapi.”
Pada tahun 2020, Afghanistan memiliki 25 pemain sepak bola wanita yang dikontrak, yang sebagian besar sekarang tinggal di Australia.