Kegilaan Spanyol yang menganjurkan orang-orang lajang untuk mencari pasangan di supermarket dengan menggunakan kode berbasis buah telah menyebabkan beberapa adegan kacau dan bahkan menyebabkan polisi dipanggil untuk memulihkan ketertiban.
Dalam beberapa hari terakhir, banyak orang Spanyol lajang tertarik mendatangi cabang jaringan supermarket Mercadona antara pukul 7 malam hingga 8 malam karena mereka mengklaim dapat menemukan romansa pada waktu itu, terutama jika mereka menaruh nanas terbalik di troli belanja mereka.
Fenomena ini tampaknya sebagian besar didorong oleh aktor sekaligus pelawak Vivy Lin, yang mengunggah video di TikTok yang memperlihatkan dirinya mendorong troli di sekitar toko Mercadona sambil membicarakan tentang jendela yang dimaksud.
“Waktu yang tepat untuk berhubungan di Mercadona adalah pukul 7 malam hingga 8 malam,” katanya.
Di akun TikTok resminya, supermarket tersebut mengunggah gambar nanas dengan judul: “Nanas di rak Mercadona menunggu Anda mendapatkan teman kencan.”
Manuver nanas kabarnya dilakukan dengan mendorong troli Anda ke bagian anggur di toko dan berharap orang yang Anda anggap menarik menanggapi secara positif.
Seiring cerita ini menjadi viral, muncullah beberapa pemandangan yang tidak biasa dan terkadang tidak teratur.
Di Madrid ada laporan mengenai sekelompok remaja yang mendorong troli di sekitar toko pada malam hari, tanpa membeli produk.
Seorang pria didandani seperti nanas raksasa oleh teman-temannya di dalam sebuah toko sebagai bagian dari perayaan pesta lajangnya.
Di Bilbao, polisi dipanggil ke cabang Mercadona selama slot waktu pukul 7-8 malam karena adanya keributan di dalam, meskipun mereka tidak diharuskan untuk campur tangan.
Sebuah lagu yang beredar di internet semakin memperkuat keberhasilan tren ini, dengan lirik: “Di bagian anggur / Jantungku berdebar kencang / Mencari seseorang yang spesial / Yang dibutuhkan jiwaku.”
Namun, ada laporan bahwa tren nanas tidak populer di kalangan banyak karyawan Mercadona yang harus membersihkan barang-barang yang tidak dibeli.
Satu video menunjukkan seorang pekerja mendorong kotak-kotak buah dari rak dan menuju gudang saat pukul 7 malam mendekat.
Perusahaan tersebut mengatakan tren ini “tidak diluncurkan oleh kami, melainkan muncul secara spontan”.
Beberapa pengamat mengambil pandangan kritis.
“Terjebak dalam cengkeraman kampanye yang dirancang melalui media sosial mungkin tidak berbahaya, seperti halnya kasus 'Pineapple-gate', dengan semua lelucon dan kekanak-kanakan yang ditimbulkannya,” tulis komentator sosial Susana Quadrado di surat kabar La Vanguardia.
Namun, ia memperingatkan bahwa hal itu juga menunjukkan bagaimana dunia virtual “dapat mengondisikan perilaku sosial dan mengubah pengguna menjadi pengeras suara secara gratis”.