Presiden Belarusia Aleksandr Lukashenko mengklaim dalam sebuah wawancara yang diunggah pada hari Minggu bahwa invasi Ukraina ke Rusia merupakan upaya untuk “mendorong” Moskow agar menyerangnya dengan senjata nuklir.
“Eskalasi semacam itu dari pihak Ukraina merupakan upaya untuk mendorong Rusia melakukan tindakan asimetris. Katakanlah menggunakan senjata nuklir,” katanya dalam sebuah wawancara dengan media lokal Rossiya, menurut ke terjemahan oleh BelTA“Saya tahu pasti bahwa Ukraina akan sangat senang jika Rusia atau kami menggunakan senjata nuklir taktis di sana. Mereka akan memujinya.”
Sekutu utama Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim Kyiv mendorong Moskow untuk mengambil tindakan nuklir dalam upaya untuk lebih menggalang front persatuan melawan Rusia.
“Kita hampir tidak akan punya sekutu lagi,” lanjut Lukashenko. “Tidak akan ada lagi… negara yang bersimpati.”
Tentara mengambil bagian dalam latihan di dekat perbatasan Belarus di Chernobyl, Ukraina, pada 16 Maret 2024. (Gian Marco Benedetto/Anadolu melalui Getty Images)
RUSIA DAN BELARUS JALANKAN LATIHAN SENJATA NUKLIR TAKTIS TAHAP KEDUA MENANGGAPI 'PROVOKASI BARAT'
Kekhawatiran atas eskalasi nuklir dalam konflik di Ukraina telah meningkat sejak perang dimulai lebih dari dua tahun lalu ketika Putin memperingatkan“siapa pun yang mencoba menghalangi kita, apalagi menciptakan ancaman bagi negara kita dan rakyatnya, harus tahu bahwa respons Rusia akan segera terjadi dan akan menimbulkan konsekuensi yang belum pernah Anda lihat sebelumnya dalam sejarah.”
Mantan pejabat intelijen DIA dan penulis “Putin's Playbook,” Rebekah Koffler, mengatakan kepada Fox News Digital bahwa menyusul serangan Ukraina minggu lalu, “Secara teknis, serangan nuklir taktis dapat dibenarkan berdasarkan doktrin Rusia, mengingat kedaulatan dan integritas teritorial Rusia telah dilanggar.”
Namun pakar tersebut juga mengatakan ia tidak mengantisipasi adanya serangan nuklir saat ini.
Komentar Lukashenko mengenai ancaman perang nuklir bukanlah yang pertama kali dikeluarkan oleh sekutu Putin sejak Rusia menginvasi Ukraina.
Hal serupa juga dikatakan oleh Lukashenko minggu lalu memperingatkan bahwa Belarus “akan menggunakan senjata nuklir jika musuh melintasi perbatasan Negara Persatuan. Tidak akan ada garis merah, jawabannya akan langsung.”

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Belarus Aleksandr Lukashenko bertemu di Kremlin di Moskow, 11 April 2024. (Gavriil Grigorov, Sputnik, Foto Kolam Kremlin melalui AP)
Negara Persatuan mengacu pada perjanjian tahun 1999 antara Belarus dan Rusia yang membentuk “persatuan supranasional” yang mengikat kedua negara di bawah aliansi yang erat.
Koffler mengatakan dia yakin komentar Lukashenko “hampir pasti… dikoordinasikan dengan Putin.”
“Rusia dan Belarus adalah bagian dari Negara Kesatuan. Doktrin militer mereka selaras, dan kekuatan mereka terintegrasi secara longgar dari sudut pandang komando dan kendali,” lanjutnya.
UKRAINA MENARGETKAN JEMBATAN RUSIA DALAM LANGKAH MELAWAN SERANGAN BALIK MOSKOW DI KURSK
Namun, meskipun kedua negara memiliki hubungan dekat, Minsk belum mengirim pasukan ke Ukraina untuk membantu Rusia dalam invasinya yang telah berlangsung lebih dari dua tahun. Meskipun telah mengizinkan tentara Rusia untuk dikerahkan dari perbatasannya ke Ukraina.
Lukashenko pada hari Minggu mengatakan dia telah pindah sepertiga dari militer Belarus ke perbatasan bersama dengan Ukraina setelah Kyiv diduga menempatkan sekitar 120.000 tentara di sana, demikian laporan Reuters, mengutip kantor berita Belarusia BelTA.
“Tujuan dari langkah ini kemungkinan besar, minimal, untuk menciptakan persepsi pembukaan front kedua atau untuk mempersiapkan kekuatan guna kemungkinan pembukaan front kedua atas nama Rusia – mengancam pasukan Ukraina dan membuat mereka merasa tertekan,” kata Koffler.
Namun mantan pejabat intelijen DIA itu juga mengatakan bahwa komentar Lukashenko memiliki tujuan kedua, yakni berupaya memberikan “tekanan psikologis” kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan pemerintahannya serta menciptakan “ketidakpastian tentang langkah selanjutnya, sejauh menyangkut tindakan bersama Rusia-Belarusia.”
Jumlah pasti pasukan Belarusia di perbatasan masih belum jelas, tetapi menurut angka yang dikutip dalam laporan Reuters, sepertiga dari pasukan tempur Minsk diyakini berjumlah sekitar 20.000.

Presiden Belarus Aleksandr Lukashenko berbicara kepada personel militer selama kunjungannya ke Distrik Oshmyany, wilayah Grodno, Belarus, pada 26 Maret 2024. (Layanan Pers Kepresidenan Belarusia melalui AP)
KLIK DI SINI UNTUK MENDAPATKAN APLIKASI FOX NEWS
Andriy Demchenko, juru bicara dinas perbatasan Ukraina, pada hari Minggu mengatakan meskipun ada komentar Lukashenko, situasi di perbatasan Ukraina-Belarusia tetap tidak berubah.
“Seperti yang bisa kita lihat, retorika Lukashenko juga tidak berubah, terus-menerus meningkatkan situasi secara teratur untuk menyenangkan negara teroris,” kata Demchenko, menurut Reuters.
“Kami tidak melihat adanya peningkatan jumlah peralatan atau personel unit Belarusia di dekat perbatasan kami.”