Rudal tersebut terbang sekitar 400 km (249 mil) sebelum jatuh ke laut tanpa ada laporan kerusakan.
Korea Utara telah menembakkan sejumlah rudal balistik jarak pendek ke arah pantai timurnya, kata Korea Selatan dan Jepang, dalam uji coba kedua dalam seminggu.
Rudal tersebut diluncurkan dari Kaechon, sebelah utara ibu kota Pyongyang, sekitar pukul 6.50 pagi pada hari Rabu (21:50 GMT pada hari Selasa) dan terbang sekitar 400 km (249 mil) ke arah timur laut, kata Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan, tanpa menyebutkan berapa banyak yang ditembakkan atau di mana mereka mendarat.
“Peluncuran rudal Korea Utara merupakan tindakan provokasi yang jelas yang secara serius mengancam perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea, dan kami mengutuk keras tindakan tersebut,” kata JCS dalam sebuah pernyataan.
Jepang juga mengonfirmasi peluncuran tersebut dan penjaga pantai mengatakan Korea Utara menembakkan sedikitnya dua rudal balistik.
Uji coba tersebut dilakukan beberapa hari setelah menteri luar negeri Korea Utara bertemu dengan pejabat keamanan tinggi Rusia Sergei Shoigu di Moskow.
Kedua negara yang mendapat sanksi berat itu telah mempererat hubungan dalam beberapa bulan terakhir. Para analis mengatakan uji coba terbaru itu dapat dikaitkan dengan dugaan pasokan senjata ilegal Korea Utara ke Rusia untuk digunakan di Ukraina. Pyongyang membantah telah mengirim senjata ke Moskow.
“Mengingat munculnya kembali perang di Ukraina dan kunjungan Shoigu baru-baru ini ke Korea Utara, peluncuran rudal terbaru tersebut dapat diekspor ke Rusia,” kata Yang Moo-jin, presiden Universitas Studi Korea Utara di Seoul, kepada kantor berita AFP.
Pyongyang menembakkan beberapa rudal balistik jarak pendek Kamis lalu, peluncuran pertama dalam lebih dari dua bulan, yang kemudian dikatakan sebagai uji coba sistem roket peluncuran ganda 600 mm baru.
Itu adalah ujian besar pertama bagi negara itu sejak awal Juli.
Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Ukraina, antara lain, menuduh Pyongyang memasok roket dan rudal ke Moskow sebagai imbalan atas bantuan ekonomi dan militer lainnya.
Sebuah laporan yang dirilis minggu lalu oleh Conflict Armament Research menggunakan analisis puing-puing untuk menunjukkan “bahwa rudal yang diproduksi tahun ini di Korea Utara sedang digunakan” di medan perang melawan Kyiv.
Pemantau sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan awal tahun ini bahwa pecahan rudal Hwasong-11 Korea Utara telah ditemukan setelah serangan Rusia di Kharkiv pada bulan Januari.
Peluncuran rudal hari Rabu juga terjadi beberapa hari setelah negara yang terisolasi itu merilis gambar pertama fasilitas pengayaan uraniumnya.
Korea Utara melakukan uji coba nuklir pertamanya pada tahun 2006 dan telah dikenai sanksi PBB sejak saat itu.