Banjir parah di timur laut Nigeria telah menewaskan sedikitnya 30 orang dan mempengaruhi lebih dari satu juta lainnya, kata pihak berwenang.
Runtuhnya bendungan Alau di sungai Ngadda di Negara Bagian Borno pada hari Selasa menyebabkan salah satu banjir terburuk di negara bagian itu sejak bendungan yang sama runtuh 30 tahun yang lalu, dan mendorong penduduk meninggalkan rumah mereka.
Pemerintah negara bagian mengatakan pada hari Rabu bahwa bendungan tersebut telah mencapai kapasitas maksimal karena curah hujan yang luar biasa tinggi. Para pejabat memperkirakan jumlah korban tewas akan meningkat.
Banjir saat ini terjadi hampir dua tahun setelah banjir terburuk di Nigeria dalam satu dekade yang menewaskan lebih dari 600 orang di seluruh negeri.
Ezekiel Manzo, juru bicara Badan Manajemen Darurat Nasional, pada hari Rabu menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 30.
“Sejauh ini, satu juta orang telah terkena dampaknya,” kata seorang ajudan Gubernur Negara Bagian Borno, Babagana Zulum, seraya menambahkan bahwa seiring dimulainya upaya pendokumentasian orang-orang yang mengungsi, jumlah tersebut dapat meningkat hingga hampir dua juta.
Penduduk Maiduguri, ibu kota Negara Bagian Borno, mengatakan harga makanan menjadi mahal sejak pasar sentral hancur akibat banjir.
Air yang berputar-putar itu menghancurkan sebagian kebun binatang setempat dan beberapa hewan melarikan diri. Mary Mamza, seorang warga Maiduguri, mengatakan orang-orang takut meninggalkan rumah mereka setelah seekor buaya yang lepas dibunuh di dekat rumahnya.
Afrika Barat telah mengalami banjir terburuk dalam beberapa dekade. Lebih dari 2,3 juta orang telah terkena dampaknya tahun ini, yang merupakan peningkatan tiga kali lipat dari tahun lalu, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Negara-negara Afrika kehilangan hingga 5 persen dari produk domestik bruto (PDB) mereka setiap tahun karena mereka menanggung beban yang lebih berat daripada bagian dunia lainnya akibat perubahan iklim, sebuah laporan baru mengatakan pada hari Senin setelah salah satu tahun terpanas di benua itu yang pernah tercatat.
Organisasi Meteorologi Dunia mengatakan banyak negara Afrika menghabiskan hingga 9 persen anggaran mereka untuk kebijakan adaptasi iklim.