
Seorang dokter yang diyakini sebagai ahli bedah ortopedi terakhir yang tersisa di Gaza utara tewas akibat tembakan tank Israel, menurut pejabat Palestina.
Dr Sayeed Joudeh meninggal pada hari Kamis ketika dia dalam perjalanan menuju tempat kerja.
Dia adalah seorang ahli bedah di rumah sakit Kamal Adwan dan al-Awda di Gaza utara.
Militer Israel mengatakan mereka tidak mengetahui insiden tersebut, namun sedang menyelidikinya.
Sang kakek telah keluar dari masa pensiunnya untuk membantu selama perang.
Bulan lalu saat berbicara pada konferensi pers di Rumah Sakit Kamal Adwan, dia mengangkat sebuah plakat bertuliskan “Selamatkan AS”.
Itu tidak berhasil.
“Dalam perjalanan ke Rumah Sakit al-Awda untuk mengevaluasi seorang pasien, salah satu tank langsung menembaki dia,” menurut Dr Hussam Abu Safiya, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan.
“Sayangnya, dia tewas seketika.”
Namun beberapa saksi mata mengatakan Dr Joudeh ditembak oleh drone.
Israel tidak mengizinkan jurnalis asing mengakses Gaza secara tidak terbatas.
Namun dari Yerusalem, saya berbicara dengan Louise Wateridge dari badan bantuan utama PBB di Gaza.
“Ini sangat menyedihkan bagi keluarganya. Ini sangat menyedihkan bagi masyarakat di wilayah utara yang hanya mengandalkan sedikit dokter,” kata Wateridge.
“Rumah sakit di Jalur Gaza bukan lagi rumah sakit,” katanya.
“Tidak ada sanitasi. Hampir tidak ada dokter. Tidak ada peralatan medis. Pasien meninggal sia-sia.”
Wateridge menggambarkan situasi kemanusiaan di Gaza sebagai sebuah bencana.
Selama lebih dari dua bulan sebagian besar wilayah Gaza Utara berada di bawah pengepungan dan pemboman Israel.
Israel mengatakan mereka menargetkan operasi Hamas yang telah berkumpul kembali di sana.

Pada tanggal 7 Oktober tahun lalu, Hamas melancarkan serangan di Israel selatan yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 251 orang.
Sebagai pembalasan, Israel melancarkan operasi besar-besaran di Jalur Gaza dengan tujuan untuk melenyapkan Hamas.
Sejauh ini, setidaknya 44.875 orang telah tewas dan lebih dari 100.000 orang terluka – sebagian besar warga sipil, kata kementerian kesehatan yang dikelola Hamas. PBB menganggap angka-angka ini dapat diandalkan.
Setidaknya 30 dari mereka tewas – dan 50 lainnya terluka – dalam serangan Israel terhadap kantor pos yang menjadi tempat perlindungan bagi para pengungsi di Gaza tengah pada Kamis malam, menurut petugas medis setempat.
Penduduk setempat mengatakan warga Gaza yang mengungsi akibat konflik yang telah berlangsung selama 14 bulan itu berlindung di sana dan banyak anggota satu keluarga besar mereka yang terbunuh.
Militer Israel mengatakan pihaknya menargetkan anggota senior Jihad Islam di balik serangan terhadap warga sipil dan tentara Israel.
Mereka menuduh kelompok bersenjata tersebut mengeksploitasi warga sipil Gaza sebagai tameng manusia dalam aktivitas mereka.